Jam Karet
Oleh: Whindy
Aulia Giani
Istilah
Jam Karet
Istilah jam karet digunakan untuk menyebutkan budaya
tidak tepat waktu atau selalu mengulur waktu. Pepatah atau prinsip ‘lebih baik
terlambat daripada tidak sama sekali’ harusnya tidak berlaku untuk masalah
waktu. Budaya Timur sangatlah berbeda dengan budaya Barat. Budaya Timur masih
memberlakukan toleransi waktu bagi seorang yang terlambat, sedangkan budaya
Barat tidak.
Budaya inilah yang sudah melekat pada masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung melakukan jam karet bahkan disaat
penting seperti rapat kantor atau wawancara kerja. Adanya toleransi waktu di
Indonesia ini didukung sikap orang Indonesia yang pemaaf. Sehingga bukan
masalah jika seseorang terlambat sedikit dari jatuh waktu yang ditentukan.
Tapi tanpa terasa, kitalah juga yang akan menuai kerugian
apabila melakukan perilaku jam karet. Seharusnya kitalah yang tidak boleh
menoleransi diri kita sendiri jika melakukan jam karet. Karena sesuatu yang
baik cukup dimulai dari diri kita sendiri. Budaya terlambat bukanlah budaya
yang patut dilestarikan, melainkan patut ditinggalkan.
Mengubah kebiasaan jam karet yang sudah mendarah daging
dengan kita bukanlah hal mudah. Akan tetapi, tetap ada cara untuk menghilangkan
kebiasaan buruk tersebut. Kita dapat mengubah kebiasaan jam karet ini dengan
niat dari dalam diri. Ketegasan terhadap diri sendiri adalah langkah awal untuk
mengubah semua kebiasaan buruk, bukan hanya kebiasaan jam karet.
Mulailah untuk menghargai waktu. Misalnya membuat ‘to do
list’. Jadwalkan segala kegiatan kita dalam sehari-hari. Sebagai contoh, memasang
alarm pukul 05.00 pagi dan mulai melakukan kegiatan sampai pukul 06.30 untuk
kita berangkat ke luar rumah. Buatlah hukuman keil-kecilan jika kita tidak mampu
melakukan apa yang sudah tertulis dalam to do list. Misalnya menghukum diri
sendiri untuk berjalan kaki ke kantor atau ke sekolah jika mengabaikan alarm
yang sudah di set. Atau buat kita tidak makan malam jika tidak mampu melakukan
kegiatan dengan baik sesuai dengan to do list yang sudah dibuat. Hal unik ini terlihat
seperti sebuah bercandaan. Tapi hal kecil seperti ini mampu membuat kita
semangat dalam menjalankan tugas dan mendisiplikan diri. Juga jangan lupa untuk
memberikan hadiah atau penghargaan pada diri sendiri apabila mampu melakukan to
do list atau suatu hal yang sudah direncanakan.
Sebagai generasi bangsa Indonesia, marilah kita rubah
predikat ‘negara karet’ untuk Indonesia menjadi ‘negara disiplin’. Jika kita
bisa menjalankan program tepat waktu dengan baik, maka segala kegiatan tidak
akan menyulitkan kita dan dalam satu hari kegiatan kita akan berjalan dengan
lancar.
Sumber : Syarif, Ubed
Abdilah. 2013. Zamrud Khatulistiwa: Negeri yang Kurang Nyaman. Citra Aji
Parama. Klaten
Komentar