Kebudayaan Suku Muyu dikisis Modernisasi



Kebudayaan Suku Muyu dikisis Modernisasi
Oleh: KW.SM Fikram Gustaf
Latar Belakang
            Suku bangsa Muyu paling utama tinggal di onderafdeling[1] namun sebagian kecil dari suku tersebut tinggal agak sedikit ke Timur, yang dulunya ialah daerah Australia (sekarang ini Papua Nugini). Daerah yang hampir bujur sangkar dari onderafdeling[1] Muyu itu panjangnya 180 km dan lebarnya 40 sampai 45 km, meliputi 7.860 km². Suku Muyu memang bagian dari Irian Barat (sekarang Irian Jaya) dan berbatasan dengan Papua Nugini, karena perbatasan inilah suku tersebut dapat mengalami perubahan oleh Barat.
[1]Onderafdeling Muyu adalah daerah peralihan antara tanah datar di pantai dan daerah pegunungan tengah, dapat dikatakan Onderafdeling sebagai kabupaten di daerah tersebut (penamaan ini diberikan oleh Barat).
Aspek Sosial
            Dalam aspek sosial yang telah dikaji di suku Muyu, keluarga inti dalam kekeluargaan ini merupakan unit sosial dan ekonomi yang terpenting. Keluarga inti terdiri atas seorang pria dengan (satu atau beberapa) istri dan anak mereka. Bagi keluarga Muyu keluarga tanpa anak maupun keluarga yang sudah mempunyai anak (anak yang dapat dibeli termasuk kedalam keluarga inti). Barang-barang yang harus dibayarkan untuk membeli anak laki-laki  ialah 24 ot, 1 wam, 1 yirip, dan 4 inam (Mata uang di suku Muyu). Pembayaran disebut danam bitayn, yang berarti saya membeli anak itu. Di kediamannya dibagi menjadi beberapa ruangan. Satu sebagai ruangan bersama untuk para laki-laki, dan satu atau lebih sebagai ruangan bersama untuk para wanita. Kamara kaum wanita dipisahkan dengan baik dari bagian kaum pria karena adanya sekat yang dibuat dari daun nibung (Palma Nibung, istilah ilmiahnya ialah Oncosperma filamentosumo). Pemisah tegas antara bagian kaum pria dan bagian kaum wanita itu ada hubungannya dengan pengaruh supranatural yang berbahaya yang dapat bersinar dari seorang wanita (khusunya selama menstruasi) suatu hal yang dapat membuat laki-laki menjadi sakit, dan dapat merusak pengaruh supranatural yang baik untuk perdagangan dan pemburuan.
            Ciri khas kebudayaan tradisional Muyu ialah bentuk permukimannya yang terpencar-pencar. Dari  sepanjang Sungai Uwimmerah dan Boven Digul terdapat rumah rumah diatas tiang dan di pohon yang cukup terpencar. Jumlah rumah setiap pemukiman itu tergantung dari besarnya trah[2] sebab trah[2] itu juga merupakan unit teritorial.
[2]Trah merupakan kepala keluarga inti yang termasuk unit sosial dan teritorial yang lebih besar dan kelompok kekerabatan yang patrilinear (suatu adat masyarakat yang mengatur keturunan dari pihak ayah).
Sisi Perkawinan
            Suku Muyu juga masih menggunakan kepemimpinan yang kaya dan yang miskin, akan tetapi hubungan kekerabatan merupakan salah satu faktor pemersatu yang terpenting, bawasannya ada pembeda status ekonomi mereka tetap menjalin kekerabatan. Dalam perkawinan pun tidak semua menggunakan sistem yang sama karena perkawinan merupakan bagian dari suatu sistem hubungan. Faktor dalam sistem tersebut itu ialah prinsip timbal balik (resiprositas). Dalam sistem ini si pria adalah pihak yang aktif sedangkan si wanita adalah objeknya.Tuntutan fundamental dalam sistem ini ialah untuk setiap wanita yang diberikan, diterima wanita lain sebagai gantinya.
Aspek Ekonomi
            Dalam aspek ekonomi sistem pencaharian yang diterapkan adalah berburu sebagai hal utama yang memengaruhi kehidupan mereka. Disisi lain merekapun menggunakan perburuan mereka untuk dijual dan diperdagangkan dengan mata uang daerah tersebut. Yang paling unik dalam perburuan ini mereka menggunakan kekuatan supranatural yang dapat memungkinkan perburuan mereka semakin banyak, seperti yang sudah dijelaskan diatas beberapa hal yang tidak boleh dilakukan untuk mencapai kekuatan supranatural tersebut.
            Supranatural itupun mempengaruhi setiap kehidupan di dalam suku tersebut, ada banyak penyakit dan kematian bukan karena sebab-sebab alamiah, dicurigai banyak pembunuh dilakukan oleh sihir mungkin juga melibatkan kekuatan supranatural baik dalam hal penyakit atau kematian.
Pengaruh Barat
            Hal ini memicu banyak pengaruh Barat yang bertempat tinggal di suku tersebut, arus modernisasi mulai mencuat guna mengubah kehidupan supranatural yang ada, berbagai upaya pun diterapkan oleh pengaruh Barat dalam hal sosial, ekonomi, kekerabatan, religi yang diantu suku Muyu yang percaya akan persembahan yang ada oleh para Babi yang mereka peliharaan lalu dikumpulkan untuk persembahan dan peningkatan kekuatan supranatural.
            Banyak budaya barat yang sengaja diubah demi keselamatan suku bangsa tersebut dan tak sedikit yang menerapkan kebudayaan mereka dan membuka suku tersebut agar dapat dikunjungi para wisata agar senantiasa mendapat keuntungan budaya Barat. Secara garis besar banyak aspek yang Barat terapkan di Muyu inti konsep-konsep modern yang terjadi disana seperti adanya sekolah, kepercayaan ajaran Katolik Roma, dan pemerintahan dapat dilihat dalam hubungan ini dan hal ini diterima oleh suku Muyu inti yang sebagian besar orang asli Muyu.
            Pihak Barat yang telah memajukan Muyu dikikisi modernisasi inipun diperhitungkan tidak semua suku Muyu yang mendapatkan modernisasi, suku Muyu pedalaman tidak diberikan lajur modernisasi agar adanya sisa-sisa aspek yang dilestarikan di pedalaman yang menjadi ciri kongkret hal yang pernah terjadi.
            Untuk menghindari agar orang Muyu tidak memiliki gambaran yang salah, dengan membayangkan keadaan yang terlalu hebat tentang pembukaan daerah Muyu (pada umumnya diharapkan dari Barat) perlu untuk mengoreksi gambaran orang Muyu tentang Barat dengan cara memberi penerangan secara sistematis kepada orangtua dan muda. Dengan demikian secara optimal akan menjadi jelas bagaimana timbulnya kekayaan Barat dan atas dasar apa. Dan mereka harus diberi kesan yang lain tentang sifat masyarakat Barat, dan memperlihatkan bahwa orang asing itu tidak hanya menduduki tempat pimpinan dan bekerja di kantor, tetapi juga bekerja sebagai buruh dan petani. Disamping itu, mereka harus mengetahui bahwa nasib orang Muyu bukan untuk selalu menduduki posisi sebagai bawahan.

Sumber:
J.W.Schoorl. 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku Muyu dalam Arus Modernisasi Irian Jaya. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Babangkongan, Permainan Tradisional dari Kabupaten Bandung yang Hilang ditelan zaman

Asal Usul Cikuya

Surak Sawah Dadap