Keunikan Warisan Budaya Indonesia
oleh : Nenden Hilpa D
Beraneka ragamnya kebudayaan yang ada di
wilayah Indonesia merupakan suatu mahakarya, warisan leluhur bangsa Indonesia,
dan salah satu aset kekayaan Indonesia yang tak ternilai harganya yang patut
kita syukuri dan lestarikan. Kebudayaan tersebut dikatakan unik, karena memang
keberadaannya kini sudah semakin langka dan merupakan suatu karya yang memiliki
nilai tinggi di mata masyarakat sekarang.
Sebagian budaya Indonesia mungkin sudah punah,
karena masyarakat sudah enggan lagi menghidupkan kembali kebudayaan tersebut.
Bahkan yang lebih buruknya lagi masyarakat menganggapnya sebagai kebudayaan
kuno dan ketinggalan zaman. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya akan
memaparkan beberapa budaya unik Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bambu Gila
Bambu Gila merupakan salah satu bentuk pertunjukkan
rakyat tertua dan bersifat ritual yang berasal dari Maluku Utara. Nama dari
bambu ini adalah "Bara Masuwen", permainan ini mencerminkan sifat
kegotongroyongan dan ciri keseharian rakyat di Maluku Utara.
Asal-usul Bambu Gila
Awal sejarah Bambu Gila berasal dari hutan bambu
yang terletak di kaki Gunung Berapi Gamalama, Ternate, Maluku Utara. Sejumlah
pemuda dari Maluku mencari bambu di kawasan ini, walaupun sengatan matahari dan
tajamnya sisi batu yang menghitam, bukan jadi penghalang langkah mereka. Tetapi
mereka tetap bersemangat mencari sebatang bambu, yang bisa memberi hiburan bagi
rakyat sekampung. Sesampainya di rumpun bambu, mereka juga tak lupa meminta
izin dari sang pemilik. Lalu mereka memilih bambu dan menebasnya. Kemudian
dibersihkan dan diperiksa kelayakannya untuk menjadi bahan pertunjukkan bambu
gila. Penghitungan ruas bambu pun harus dilakukan dengan cermat.
Dalam pertunjukkan ini pun diperlukan seorang pawang
yang piawai. Sebelum permainan Bambu Gila ini dimulai, doa pun dipanjatkan
untuk memohon izin dari Sang Pencipta. Aroma kemenyan atau dupa dibawa asap
pada ujung suluh, mulai membuat bambu bergoncang. Teriakan pawang bagai
perintah bagi bambu itu, untuk mulai bergerak mengikuti dupa menyala yang
berada di tangan sang pawang. Bambu sepanjang tujuh ruas itu mulai bergerak
mengikuti irama musik yang mengiringinya dan membuat pusing para pemegangnya.
Kekuatan tarian dari bambu gila bukan main, irama yang dimainkan pada awalnya
pelan, namun lama-kelamaan menjadi keras dan penuh semangat.
Oleh karena itu, para pemegang bambu gila ini mulai
mengerahkan tenaganya untuk mempertahankan posisi, agar tidak mudah dikalahkan
oleh tujuh ruas bambu tersebut. Diakhir pertunjukkan, bambu yang biasanya dapat
dibawa oleh satu orang saja, ketika dilepaskan beratnya bagaikan besi
berton-ton. Hal itu menyebabkan para pemegangnya tak kuasa lagi untuk
membawanya. Dan uniknya dalam permainan ini meski sudah selesai, daya gaib dari
bambu itu tidak mau lepas kalau tidak diberi makan api. Oleh karena itu, maka
dibuatlah api dari kertas yang dibakar. Lalu, sang pawang pun melahap api
dengan telapak tangannya tanpa dialasi oleh alat pengaman. Selanjutnya,
sirnalah isi bambu itu dan kemudian sang pawang akan lemas kelelahan.
Passilikan
Di Toraja, seseorang yang belum tumbuh gigi apabila
meninggal akan dikuburkan ke dalam sebatang pohon kayu yang hidup dari jenis
pohon kayu Tarra. Kayu yang digunakan di lokasi ini telah berumur sekitar
kurang lebih 300 tahun. Proses pelaksanaan seperti ini melalui beberapa tahap,
yaitu :
1.
Bayi yang meninggal dibalut dengan kain putih dalam posisi dipangku.
2.
Kemudian pihak keluarga memberi tanda pada pohon kayu yang hendak
digunakan
sebagai kuburan ( ma'tanda kayu ).
3.
Membuat lubang dengan ketentuan tidak boleh berhadapan dengan rumah
kediamannya.
4.
Mempersiapkan penutup kubur dari bahan pelepah enau ( kulimbang ijuk ).
5.
Membuat tana' ( pasak ) karurung dari ijuk sesuai tingkatan strata sosialnya.
6.
Ma 'kadende', yaitu membuat tali ijuk sebelum jenazah dibawa ke kuburan, seekor
babi jantan hitam dipotong/disembelih di halaman rumah duka, kemudian di bawa
ke kuburan dengan diusung.
7.
Setibanya di kuburan, babi atau daging tersebut dimasak dalam bambu/dipiong,
tanpa diberi garam atau pun bumbu lainnya. Setelah semua itu siap, mayat dibawa
ke kuburan dalam posisi dipangku, sedangkan bagi pengantar mayat baik laki-laki
maupun perempuan harus berselubung kain, dan dilarang untuk berbicara, bahakan
menoleh ke kiri, ke kanan atau ke belakang pun dilarang.
8. Setibanya
jenazah di pekuburan, penjemput jenazah turun dari tangga lalu mengambil,
mengangkat, dan memasukkan jenazah ke dalam lubang kayu dalam posisi berlutur
menghadap ke luar. Lalu kubur itu ditutup dengan kulimbang ditana'/dipasak
sesuai dengan statusnya, dan sesudah itu dilapisidengan ijuk dan diikat dengan
kadende' ( tali ijuk ).
9. Sepanjang
kegiatan tersebut, seluruh orang yang hadir dilarang berbicara, akan tetapi
nanti setelah ma'taletek pa'piong (membekah bambu berisi daging yang sudah
masak) berarti orang sudah boleh berbicara dan orang yang berada di atas tangga
sudah boleh turun. Sungguh unik !
Komentar