Sejarah Perkembangan Sastra Sunda
Oleh: Rhesa Muhammad Farand
Sastra
Sunda
Sastra
Sunda, utamanya prosanya
(cerita pendek &
novel) sudah dikenal oleh lingkungan yang lebih luas cakupannya,
bukan hanya di daratan Jawa Barat saja. Meskipun tidak bias disebutkan secara sungguh-sungguh dan berencana,
tapi asal mula
Sastra Sunda sudah dibaca dan diteliti oleh segelintir bangsa
lain yang tidak paham akan bahasaSunda.
Hasil karya pengarang Sunda buktinya dihargai secara Nasional, dengan cara diterjemahkan kedalambahasa Indonesia. Jumlahnya memang tidak banyak, namun meskipun begitu tidak bias dipungkiri bahwa sastra Sunda sudah mempunyai ciri yang mandiri di belantara sastra nasional,
artinya eksistensinya sudah diakui oleh khalayak ramai.
Belum diketahui siapa sebenarnya yang terlebih dahulu mengenalkan karya-karya sastra Sunda dalam setengah abad terhadap lingkungan sastra nasional. Di samping mengeluarkan buku-buku yang ditulis dalam bahasa
Indonesia, buku-buku yang ditulis dalam bahasa daerah juga (Sunda dan Jawa)
terus dihasilkan. Di masa itulah asal mula dikenalnya nama-nama seperti R. Memed Sastrahadi Prawira, Moh. Ambri, R. Satjadibrata, MA
Salmun, dan yang lainnya.
Masalah yang Dihadapi
Belum ada kesadaran dan belum terasa pentingnya mengenalkan sastra Sunda kepihak luar.
Sunda hanya untuk Sunda, juga begitu dengan Jawa hanya untuk Jawa.
Sastra local masih belum mengalami perluasan wilayah pada masa itu. Mungkin saja semua itu disengaja oleh pemerintahan colonial Belanda pada zaman itu agar beberapa anggota masyarakat/suku merasa terlalu nyaman memperkaya hartanya, sombong oleh apa
yang mereka punya, sembari tidak mengenal terhadap budaya sendiri.
Rasa
ingin tahu semakin bertambah. Banyak cara yang dilakukan untuk mengetahui apa saja
yang dirasa masih menjadi sebuah misteri pada waktu itu.
Cara yang dilakukan oleh
R. Satjadibrata adalah 'nyundakeun 'Graaf de Monte Cristo karya Alexander Dumas. Ada pula Moh.
Ambri yang sudah menerjemahkan karya-karya sastra Indonesia kedalam bahasa Sunda,
seperti Betah di Leuweung (Babriel Ferry),
Bèntang Acèh (HM. Zaenuddin), Teu Pegat Asih
(Suman HS.), dan masih banyak lagi karya sastra
Indonesia yang diterjemahkan kedalam bahasa Sunda.
Namun pada masa itu, masyarakat Sunda masih belum cukup berani untuk memperkenalkan hasil karya sastra Sunda kepada khalayak ramai.
Dan hal tersebut menjadi sebuah hambatan dalam perkembangan sastra Sunda pada masa tersebut.
Pemecahan Masalah
Baru
di tahun '50-an ada karya-karya sastra Sunda
yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh orang Sunda sendiri. Ajip Rosidi yang menjadi perintis jalannya.
Bahkan Ajip Rosidi termasuk menjadi salah satu tokoh yang tidak pernah berhenti untuk mengenalkan dan mempromosikan karya sastra Sunda ketahap
Nasional.
Sumber :
Durahman,
Duduh. (1991).Sastra Sunda Sausap Saulas. CV GegerSunten. Bandung
Komentar