Syariat Islam (memang bukan) indomie
Syariat Islam
(memang bukan) indomie
Oleh : Ucu Sumardi Sastramiharja
Syariat islam di Indonesia sudah
mendapatkan prioritas utama masyarakat Indonesia sejak awal perkembangan Islam
yang disebabkan oleh para pedagang yang sambil menyiarkan agama. Tak heran
hampir seluruh wilayah Indonesia atau 85% penduduknya beragama islam. Begitu
pun dengan wilayah Aceh.
Kehidupan
Islam dahulu
Kehidupan di Nanggroe Aceh
Darussalam dahulu pergaulan masyarakat non muhrim yang permisit (serba
diperbolehkan) sudah tekontaminasi oleh virus-virus hedonisme maupun
materialisme yang notabene bertolak belakang dengan aturan Islam. Banyak yang
meniru gaya hidup Jamrud, Slank, Guns and Roses dan artis-artis lainnya
dibanding dengan meneladani Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Ajaran-ajaran
Allah SWT dan Rasulnya maupun adat nenek moyang orang Aceh sedikit-sedikit
tercerabut, terkikis dan tanpa sadar tercampakkan.
Pelaksanaan syariat Islam di Aceh secara
umum bisa dikatakan masih bepusat pada masalah-masalah pribadi. Tidak
mengherankan pada tahun 2007 banyak masalah pemaksaan adegan mesum yang
dilakukan sekelompok orang di Aceh dengan mengatas namakan ajaran Islam,
seringkali dimaknai “pisau bermata dua” dengan paham-paham yang menyimpang.
Negara tidak bisa ikut campur karena hal-hal yang bersifat pribadi.
Kehidupan
Islam masa kini
Seiring perkembangan zaman, kini
Aceh mempunyai hukum syariat Islam yang sangat ketat. Setiap pemeluk agama
Islam di Aceh wajib menaati dan mengamalkan syariat Islam. Peradilan syariat
Islam di Aceh adalah bagian dari sistem peradilan nasional dalam lingkungan
peradilan agama, Aceh merupakan wilayah pertama di Asia Tenggara dalam
penyiaran agama Islam, di Indonesia syariat Islam terkadang berpusat ke Aceh.
Tentu semua hal itu tidak berlangsung dengan mudah dan instan, banyak sekali tantangan
berat dan hambatan yang berat dalam proses penerapan hukum syariat Islam di
Aceh. Sesungguhnya tidak ada yang instan dalam hidup.
Sumber
:
Menyorot
Nanggroe.Anton Widyanto dkk.2007.Yayasan PeNA & Ar-Raniry Press
Komentar