Tradisi tujuh bulanan
Tradisi
tujuh bulanan
Oleh
: Dini Nur Fauziyyah
Pengertian
tradisi
Tradisi
merupakan suatu adat kebiasaan masyarakat tertentu yang sering dilakukan dan
dianggap dapat meendatangkan kebaikan jika melakukannya. Indonesia merupakan
negara yang kaya akan tradisi dan adat istiadat. Indonesia memiliki masyarakat
yang multilateral. Banyak sekali adat kebiasaan yang dilakukan masyarakat
Indonesia, salah satunya yaitu tardisi tujuh bulanan.
Pengertian tradisi tujuh bulanan
Tradisi
tujuh bulanan biasa disebut dengan mithoni atau tingkeban. Disebut mithoni,
karena upacara dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulanan. Tradisi tujuh
bulanan adalah tradisi yang dilakukansaat usia kehamilan tujuh bulan oleh ibu
hamil dan orang-orang terdekatnya yang berupa pengajian dan sirman. Selametan
bulan ketujuh kehamilan biasanya dilakukan oleh orang jawa, tapi kini orang
sunda pun banyak yang melakukannya.
Pelaksanaan
tradisi tujuh bulanan
Tradisi
tujuh bulanan tidak dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, dilakukan setelah
kehamilan sang ibu genap berusia tujuh bulan atau lebih. Tidak boleh
dilaksanakan kurang dari tujuh bulan walaupun satu hari. Pelaksanaan mithoni
biasanya memilih hari yang dianggap baik untuk menyelenggarakannya. Hari yang
baik untuk upacara mithoni adalah hari selasa (senin siang sampai malam) dan
sabtu (jum’at siang sampai malam).
Tujuh
bulanan diawali dengan melakukan pengajian , yaitu membaca surah Al-Qur’an,
terutama surah Yusuf dan Surah Maryam serta memanjatkan do’a kepada tuhan yang
maha esa. Membaca surah Yusuf diharapkan agar bayi yang dikandung ibu hamil
dapat meneladani sifat nabi Yusuf dan parasnya yang rupawan. Membaca Surah
Maryam diharapkan agar bayi yang akan dilahirkan kelak memiliki paras cantik
seperti Maryam.
Esok
harinya ibu hamil akan melaksanakan prosesi siraman dengan gayung batok kelapa
yang dibalut dengan bunga melati dan air yang dicampur dengan rupa-rupa
kembang. Saat prosesi siraman, ibu hamil akan menggunakan samping dan bunga
melati dan disiram dengan air kembang oleh tujuh orang-orang terdekat, setiap
satu kali siraman, kain samping ibu hamil akan diganti dengan yang baru
sebanyak tujuh kali. Motif kain sampingnya juga berbeda-beda, setiap motifnya
melambangkan simbol tertentu. Siraman merupakan gambaran agar kelahiran jabang
bayi kelak suci dan bersih. Setelah
siraman selesai, suami ibu hamil akan memasukkan telur ayam kampung kedalam
kain ibu hamil melalui perut sampai menggelinding ke bawah dan pecah. Hal ini merupakan
symbol harapan supaya bayi akan lahir dengan selamat, lancar dan sehat. Setelah
itu suami akan memecahkan kendi yang berisi belut dan lan-lain. Bilangan tujuh
ini menjadi simbol usia kehamilan yang berusia tujuh bulan.
Setelah
ibu hamil mandi dan berganti pakaian dengan yang bersih, ibu hamil akan
membagikan rujak tumbuk yang telah dibuat sebelumnya oleh keluarga terdekat dan
ibu hamilnya sendiri. Biasanya, orang-orang akan menukarkan rujak dengan pecahan
genting yang kecil-kecil.
Tujuan tradisi
tujuh bulanan
Selametan
tujuh bulanan bertujuan memohom kepada
tuhan agar ibu hamil dan bayi dalam kandungannya selamat hingga lahir. Dan
memiliki harapan-harapan baik selama kehamilan sampai bayi lahir dan tumbuh kembang menjadi orang yang selamat duni akhirat.
Masyarakat
sekitar percaya bahwa ibu hamil yang melakukan tradisi tujuh bulanan akan
melahrikan dengan lancar dan selamat.
Sumber
:
Wawancara,
Minggu, 14 Mei 2014 pukul 18.30
Komentar